Cerita kecil bunga



    Sudah sewindu bunga tak kunjung terlihat, Waktu itu ketika Ia datang dengan tangis yang sangat pecah. Buleknya yang panik karena kelahirannya yang tiba-tiba, Hanya bisa mengandalkan dukun beranak yang malah menyakiti Ibu si Bunga, Bunga menangis karena menahan lecet dilehernya karena ulah si dukun beranak, Sedangkan bapak si Bunga sedang hilang tak terdengar tapak kakinya. Hanya ada 2 orang yang menangani kelahiran si bunga karena daerah rumah yang didalam pelosok yang membuat keputusan ini menjadi jalan satu-satunya agar dapat menyelamatkan si Ibu dan si Bunga. Namun setelah beberapa tahun Ibu si bunga tutup usia dikarenakan infeksi pada rahim, Bunga yang masih berumur 2 tahun hanya terdiam lesuh dan merasa ada kesedihan yang dalam. Bunga yang sudah beranjak dewasa tumbuh mewangi didalam tempat aman bersama Bulek dan Pakleknya yang sangat menyayanginya karena hanya bunga anak semata wayang bagi mereka, Setiap harinya Bunga membantu berjualan gorengan keliling desa, tak sampai disitu Ia bermimpi akan pergi ke kota mencari bapaknya dan berkuliah disana, Bunga sangat pandai dalam mengatur segala halnya, Ia seperti memiliki kecerdasan lebih untuk memilih dan memilah berapa uang yang harus digunakan dan ditabung. Hingga membuat Bulek dan Pakleknya tercukupi tanpa terbebani sama sekali, Namun hal yang sangat Ia geram adalah ketidakadilan, Ia berulangkali dipukuli meskipun berparas cantik karena menggepuk preman yang memalak orang pasar, Bunga sangat disegani karena Ia gadis yang baik, Hingga banyak yang membelanya untuk menjaga kebenaran.

Lewat beberapa tahun Bunga sudah berumur 20, Ia kini tinggal dikos dengan harga yang sangat murah. Tidak peduli dengan hal itu namun kamar Bunga yang paling mewah karena Ia pandai menjaga barang-barangnya, Tak hanya itu Ia kuliah dan sekalian bekerja part time dicafe milik temannya, Ia seseorang yang juga sangat aktif dalam organisasi yang Ia ikuti. Beberapa bulan yang lalu Ia bersaksi dalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh dosennya kepada mahasiswi teman Bunga sendiri, Mendengar hal itu Ia sangatlah terpancing dalam menyuarakan keadilan. Mahasiswi itu bernama Dita, Meski tak kenal sangat erat Bunga sangatlah ingin membantunya, Dengan banyak teman dan koneksi penting yang Ia miliki, Bunga bersuara lantang dengan menunjukkan bukti-bukti kuat yang Ia miliki, Tak sampai disitu Bunga terus melayangkan segala pernyataan yang sangat memojokkan dosennya. Hingga dosen tersebut kalah dalam berbagai sisi. Akhirnya dosen tersebut dipecat dan dijebloskan dalam penjara. Bunga kini terus mencari petunjuk tentang ayahnya. Ia hanya ingin melihat betapa kejinya ayahnya meninggalkan perempuan yang mengandung.

Bunga dikenal banyak orang karena Ia juga pandai dalam bersosial, Ia juga sangat meminati dunia politik, Ia sangat ingin menjadi orang penting agar dapat membantu orang-orang yang tak bisa bersuara karena uang yang menikam mulut mereka. Bunga sering mengkritik wajah-wajah menteri yang sangat berpengaruh karena ketidakwarasaan menteri tersebut dalam membuat undang-undang. Hingga pada suatu ketika Ia menjadi orang yang dicari. Dalam setiap harinya Bunga harus menghindari beberapa orang yang ingin mengetahui dirinya, Karena kerasnya Ia dalam mengkritik dan mempengaruhi rakyat agar terus dapat menyuarakan keadilan. Di media sosial juga Ia dikenal banyak sekali orang karena parasnya yang cantik. Ia memiliki massa yang cukup untuk dapat merubah pemikiran seseorang namun Ia sangat tidak tertarik dalam mencari ketenaran. Ia selalu saja menyisihkan sedikit waktu untuk melihat tv dan koran demi mendapatkan kabar tentang berita politik di Indonesia. Ia sangat menggebu-gebu dalam mengejar cita-citanya. Ia kini sangat cemas karena keluarga dari bapaknya mulai ditemukan Ia tak tahu harus berbicara apa karena bapaknya sudah meninggalkan dia sejak dalam kandungan. Apakah keluarganya mengakuinya sebagai saudara sepupu atau malah dihina. 

    Malam sangat hening Ia menuju ke tempat dimana keluarga bapaknya singgah, Dengan perasaan yang berdebar-debar Ia mengetuk pintu, Tak disangka disana Ia sudah disambut. Beberapa makanan dan minuman hangat, Ia pikir dirinya akan ditolak dengan bentakan yang mendengungkan kupingnya. Ia duduk sangat gugup, Lalu Kakak dari bapaknya berkata, "Kau anak dari Riyadi? Yang Ia tinggalkan? Sungguh keji Ia meninggalkan perhiasaan yang berkilau di desa itu, Tenanglah dan makanlah sesuatu untuk mengisi perutmu itu." , Bunga hanya tertunduk dan terdiam, Beberapa pertanyaan yang ingin Ia tanyakan Ia undurkan karena tak enak jika langsung bertanya. Lalu datang Seorang nenek tua menghampiri Bunga dan mengelus rambutnya. "Ini anak manis yang ditinggalkan Riyadi itu? Ia sangat mirip dengan ibunya yang cantik, Berpikir apa Riyadi meninggalkan dua emas yang berkilau ini." Masih saja diam seribu bahasa Ia tak tahu jika keluarga ayahnya sangat baik kepadanya. "Tunggulah dahulu nenek akan bercerita apa waktumu sangat panjang disini? tidurlah disini jika ini sangat larut. Bapakmu itu dulu orang yang baik, Ia sangat bertanggung jawab dan sangat mencintai ibumu hingga Ia ditipu oleh temannya sendiri, Bapakmu sangatlah depresi karena dulu bapakmu mencalonkan menjadi menteri namun dengan jalan yang salah, Apa kau tahu siapa bapakmu sebenarnya? Kini Ia sangat dikenal karena kebodohannya mengotak-atik undang-undang Di pemerintahan, Entah menggunakan jalur apa dia bisa menjadi menteri." Bunga yang mendengar itu langsung berdebar-debar karena ayahnya sendiri adalah musuhnya dalam dunia politik. Ia tak menyangka jika terjadi seperti ini. Ia tidur bersama Ibu ayahnya, Mbah wati itulah nama dari Ibu bapaknya meski sangat tua Ia masih bisa pergi ke pasar dengan membawa beberapa sayuran dengan tas rajutan yang Ia bikin sendiri. Matanya masih jeli, Ia sangat mengagumi Bunga. Kini Bunga tinggal dirumah bapaknya bersama neneknya. Ia sangat bersyukur karena terus dipertemukan oleh orang-orang baik. 

Orang-orang bergegas berlalu lalang didalam sebuah forum yang akan menyelenggarakn tentang pergerakan melawan undang-undang yang akan diganti dengan undang-undang yang tak masuk akal. Bunga yang menjadi pemimpin forum itu sangatlah pusing dengan keramaian itu, Dia menggebrak meja semua terdiam melihatnya. Lalu Ia tertawa, "Para pemuda Indonesia lihatlah, Lihatlah negerimu penuh dengan peluru kosong yang menyerbu. Seribu peraturan terbangun rabi namun diambrukkan dengan omong kosong demi petinggi-petinggi disana. Lihatlah ibu pertiwi, ditendang dan ditempeleng hatinya, Sangat sakit tak tahu belas kasih. Negeri yang Ia cintai kini bobrok dengan mimpi-mimpi palsu. Lihatlah orang-orang kecil diketuk dengan palu sedang orang-orang besar dijunjung karena karya kitab yang palsu. Sudahi-sudahi hal busuk itu, Kita adalah satu-satunya penyiar suara yang akan menggenggam keadilan itu. Mari hadapi kebusukan itu dengan menanam beribu pohon yang akan meneduhkan generasi yang akan datang." Lalu sorak mahasiswa terbakar semangatnya. 

Kau tahu bunga itu orang yang cantik dan pandai, Kata temannya yang kini berseragam sombong. Ia banggakan seragam itu karena demi kenikmatan duniawi, Dulu tetap sombong ketika masih calon, Kini bertambah sombong. Sungguh orang-orang yang tak tahu diuntung. Orang itu menunggui Bunga ditempat kerja sambilannya, Tak tahu malu bersembunyi didalam tempurung otaknya meski Ia ditolak mentah-mentah. Ia beberapa kali memanggil dengan tipuan memesannya hanya untuk didatangi oleh Bunga. Tak kunjung disitu Ia memegang tangan Bunga. Hingga Bunga naik pitam diambilah beberapa air dan dilempar dimukanya. Saat kejadian itu Bunga langsung ditempeleng olehnya, Bunga tak jatuh Ia memandangi mata teman yang kini berganti musuh itu. Ia beberapa kali memaki Bunga dan membanggakan seragamnya, Lalu bunga berkata,"Kau tahu apa yang kau sembunyikan dibalik seragammu itu, Hanya ada nafsu yang tumbuh dalam hati, takkan pernah kau genggam rasa cinta, Karena kau adalah jamur yang terus hidup didalam kesombonganmu. Banyak yang berseragam darimu namun tak menunjukkan pekerjaanya dan menyembunyikannya, Karena Ia tahu, Ia sangat bersyukur saat mendapatkan pekerjaan itu dan Ia tahu bahwa jika Ia menyukai seseorang, bukan pekerjaan itu yang Ia banggakan ke seseorang yang Ia suka, melainkan kesederhanaanya yang Ia tunjukkan." Sangat malu, Ia pergi dengan sangat marah. Sedang bunga hanya terdiam mukanya yang cantik itu lebam namun Ia sangat bangga kepada dirinya.

Bunga yang lebam itu diobati oleh neneknya, Beberapa kali Ia menahan perih. Namun neneknya sangat berhati-hati mengobatinya. "Kau tahu nak Bunga? Nenekmu dulu ini disukai banya pria seperti itu namun nenek tahu hanya busuk yang disembunyikan dibalik seragammnya meski tak semua seperti itu, Nenek akhirnya memilih kakekmu yang bekerja dalam karyanya membuat lukisan-lukisan dan puisi karena nenek jatuh cinta terhadap syair-syair yang Ia buat." Bunga tersenyum, Dan dibacalah beberapa syair puisi yang dibuat kakeknya. "Tak kusangka rindu membuatku lebam-lebam, Tak kusangka perasaan ini membuatku linglung, Kau bagaikan Samudera yang menghantam kapalku dengan parasmu, Sedang hatimu yang sederhana itu bagai laut tenang tak berisik mendiami hidupku." Nenek sangatlah rindu kepada kakek, Kakek meninggal tutup usia karena batuk yang tak sembuh-sembuh karena paru-paru yang berbecak hitam karena rokok yang Ia hisap hampir setiap harinya, Bunga sangat kagum dengan syair-syair kakeknya. Ia bagaikan perahu melawan arah angin yang tiba-tiba ingin menjadi seperti kakeknya, Menjadi penyair.

Bunga Oh bunga kini tumbuh semakin dewasa dengan banyak cat yang menempel ditangan dan kaosnya, Neneknya yang kini hanya bisa duduk dikursi roda dan mengomel karena Bunga tumbuh menjadi seniman petrak dengan baju flanel yang lengannya digulung, Tangannya yang bertato bunga mawar menandakan Ia adalalah bunga mawar itu sendiri. "Tahun lalu bapakmu kesini datang memelukmu namun kau lepaskan pelukan itu, Ada apa bunga? bukankah kau merindukan bapakmu itu?." Nenek tiba-tiba bertanya seperti itu karena perasaan yang sangat resah atas kejadian itu. Bunga menengok kebelakang tepat melihat neneknya. Lalu bunga menghampiri sambil membuka buku puisinya yang berjudul "Tak ada rindu meski ku bertemu pelukisku." Ia mulai membuka mulutnya. "Tak sepadan jika aku tiba-tiba rindu, Sungguh gurauan ketika Kau datang memelukku tanpa perkataan maaf dan bersalah. Tapi yang paling aku ingat, Matamu menunjukkan kau sudah membusuk menjadi mayat hidup yang tak punya hati meninggalkan buah hatimu, Kini hanyalah rasa sesal ketika tau Kau menjadi orang yang berkecukupan namun tanpa menoleh padaku, Anakmu." Nenek sudah menduga jika Bunga sangat membenci bapaknya yang tiba-tiba datang tanpa perasaan bersalah. 

 "Kini hanya akan ada perlawan dalam negeri ini, Undang-undang yang baru sangat bobrok. Tunjukkan beberapa karyamu mengkritik dan menghujam pemerintahan, Disini negeri demokrasi." Kata Andri yang berbicara lantang, Kita tunjukkan besok bahwa kita pembawa perubahan bagi negeri ini. Bunga yang berkobar menulis beberapa puisi yang Ia sebarkan dalam media sosial, Sebenarnya gerak-gerik Bunga sangatlah berbahaya bagi pemerintah Ia memiliki massa penuh dengan berbagai elemen penting. Ia dikuntit dan Ia pernah di tangkap paksa karena kata-katanya yang sangat menyayat lidah para menteri dan yang duduk dikursi pemerintahan terutama bapaknya yang kini menjadi gubernur didaerahnya. Bunga sangat resah karena bapaknya sendiri yang menjadi musuh utama sekarang setelah pelukan itu. Namun tetap, prinsip Bunga telah Ia bulatkan untuk terus maju dalam hal ini. Beberapa orang mengikuti Bunga ketika malam, Ketika pagi bersembunyi dibalik ketiak gang sempit, Lalu hilang. Andri sudah memberi tahu rekan-rekannya untuk terus berada disamping Bunga. Hal yang paling pernah menakutkan juga sudah pernah terjadi, Bunga dibawa masuk kedalam oleh orang yang tak ia kenal. Ia di interogasi atas pernyataan tentang puisi yang menusuk orang-orang yang bermain kursi sebelum pemilu dulu dimulai. Judulnya sudah sangat sensitif dan dibagi oleh banyak orang. Beberapa pertanyaan sudah terlewati waktu interogasi, Tamparan keras yang terus datang. Bunga tetap bermata tajam dan berduri, Ia diturunkan di sebuah tempat sepi sendirian, Tak kala itu Ia ingat ancaman yang terlontar dari siapa seseorang yang menginterogasi dirinya, "Jika kau menyayangi nyawamu sebaiknya kau berhenti, Umurmu masih muda untuk mati." Ia berjalan tegap tak takut pada apapun, Ia mewarisi sifat ibunya yang sangat kuat. Untung saja ponsel milik Bunga ada disaku belakangnya, segera Ia menghubungi temannya dan dijemput untuk pulang.

    "Bajingan! Mereka-mereka itu, tak mau kotor tangannya. Menurunkan seseorang untuk membereskan masalahnya. Tetap, Tetap saja Aku tak takut. Ini negeriku yang butuh keadilan sudah cukup muak kumelihat hal yang tak adil. Ribuan peluru tak cukup untuk menutup mulutku, Akan terus lahir diriku digenerasi-generasi selanjutnya!." Ia berbicara kepada Andri temannya. "Bunga ini segala agenda yang telah disiapkan, Senin adalah medan kita, Jaga dirimu baik-baik." Ucap andri yang mengkhawatirkan Bunga anak dari gubernur yang terkenal sikap sombongnya itu. Ia pulang setelah seharian penuh dikampus, Ia taruh tas yang tiap harinya dibawa, Duduk termenung dikamar beberapa menit lalu melepas bajunya. Hilang, Tertidur sangat pulas setelah menyiapkan semuanya. Bunga sangat lelah setelah apa yang telah terjadi dalam hidupnya. "Hatiku runtuh beberapa kali, Solatip yang sudah aku jadikan perban mulai renggang, Ini sangat perih ketika mengingat Ibu yang pergi jauh, Aku sangat rindu. Tak hanya itu Bulek dan Paklek yang didesa pasti sangat merindukanku, Namun disini ada nenek yang juga sangat menyayangiku. Namun tetap saja Bapak tak cukup peduli denganku, Ia peduli dengan uang, uang dan uang bukan anaknya ini." Setelah 6 jam tertidur, Bunga terbangun dengan mata membelalak, Sirine biru didepan rumah neneknya masuk kedalam rongga-rongga jendelanya, Pintu kamarnya dikunci. Berselang beberapa menit nenek membuka pintu kamarnya, "Nak kau sudah berjuang, teruslah berjuang demi negeri ini. Tunjukkan jika kau yang paling bisa." Ucap nenek setelah tangannya mengelus dahi Bunga.

Minggu hampir setelah akan kejadian, Bunga tak lagi terdengar setelah dinyatakan hilang. Ketika Ia bersuara dimedia,"Sudah jauh ibu pertiwi ini berjalan sangat lelah, Beberapa rusuk sudah patah, Keadilan yang hidup terus ditusuk-tusuk dan disiksa, Undang-undang yang harusnya sebagai cahaya menjadi serpihan gelap yang menghujam orang lemah. Awan gelap terus menyelimuti negeri ini, Mari kita raih cahaya yang sebelum-sebelumnya pernah terjadi, Mari kita bakar semangat dalam diri, Agar lebih baik jiwa negeri ini." Bunga hilang, didekat gang rumah neneknya, Neneknya menangis sangat sedih. Sedang bapaknya masuk televisi sebagai terdakwa korupsi atas suap yang telah Ia lakukan untuk menjadi orang tinggi. Bunga itu tak pernah layu meski matanya sudah sayu, Ia terus membuat puisi untuk negeri. Bukankah keadilan sangat baik, Namun Ia menghilang karena membela keadilan itu. Sudah sewindu Bunga tak terlihat, Andri temannya dipukul hingga lebam dan ditangkap. Ia terus dijaga ketat dan terus ditanyai oleh pihak aparat, Demo itu berakhir ricuh karena Bunga yang hilang. Semua sangat mengkhawatirkan gadis itu, Seluruh elemen dipukul mundur oleh aparat karena sudah sangat riuh. Kejadian ini terus membekas bagi Andri. Dan Ia takkan melupakan Bunga gadis yang sangat cantik dan putih itu.

-Selesai-





Tag:puisi, puisi sedih, puisi kemerdekaan, puisi indonesia, puisi romantis, puisi chairil anwar, puisne, puisi rindu, puisi perpisahan, puisi ayah, puisi ada apa dengan cinta, puisi alam, puisi anak, puisi adalah, puisi alam lyrics, puisi alam chord, puisi aan mansyur, puisi anggia, puisi a samad said guru, puisi a samad said tentang cinta, puisi a samad said tentang melayu, puisi a samad said hidup bersama, puisi a aziz deraman, puisi a ghafar ibrahim, puisi a samad said tentang kehidupan, puisi a.a navis, a samad said puisi merdeka, puisi buat pacar, puisi boy candra, puisi berantai, puisi bahasa inggris, puisi bahasa jawa, puisi berantai lucu, puisi baru, puisi bahasa sunda, puisi berantai 3 orang, puisi b.inggris, puisi b jawa, puisi b indonesia, puisi b sunda, puisi b.inggris dan artinya, puisi b.inggris tentang guru, puisi b.inggris tentang ibu, puisi b.inggris tentang sahabat, puisi b.arab, puisi b indo, puisi cinta singkat, puisi chord, puisi cinta untuk kekasih, puisi cinta sedih, puisi cinta lirik, puisi chairil anwar aku, puisi cinta kahlil gibran, puisi c, puisi c anwar, puisi c anwar aku, chord c puisi, puisi c70, contoh puisi c, puisi c. noer, puisi dilan, puisi doa, puisi diponegoro, puisi dalam bahasa inggris, puisi diam, puisi dian sastro, puisi dear nathan, puisi dan lagu, puisi dee lestari, puisi djoko damono, puisi d zawawi imron, puisi d zawawi imron ibu, puisi d zawawi imron celurit emas, puisi d zawawi imron alif, puisi d zawawi imron madura akulah darahmu, puisi d kemalawati, puisi d, puisi di film roman picisan, puisi di malam hari, puisi emha ainun najib, puisi elegi, puisi english, puisi esai, puisi egois, puisi embun, puisi epigram, puisi erti hidup bererti, puisi ego, puisi emosi, puisi e, puisi e ktp, ebook puisi, ebook kumpulan puisi, chord puisi e, contoh puisi e, ebook apresiasi puisi, e jurnal puisi, piusi fuel management, piusi f00332b00, piusi fuel management systems

No comments:

Powered by Blogger.